Dari kecil dia dan kakak-kakaknya dilatih berbahasa asing. Setiap satu minggu harus bercakap bahasa yang berbeda. Ratih sekeluarga menguasai percakapan bahasa inggris, jerman dan perancis. Setelah SMA baru mereka belajar tata bahasanya. Meski bercakap berbagai bahasa, mereka tetap fasih berbahasa indonesia dan jawa.
Erlika mendapat berita bahwa istri Toni telah tinggal bersamanya. Merasa dibohongi, dia menyusul tinggal di vila, jika Toni sedang berkantor di Purwokerto. Dia tidak ingin kehilangan momen kebersamaan.
Vila mempunyai 3 kamar tidur, di situ juga ada pengurus vila. Toni tidak tega mengusirnya. Meski tunangannya berulah tanpa pikir panjang dan nyaris menghancurkan namanya, tapi cintanya tetap bersemayam di hatinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Setiap pulang kerja, hati Toni gundah dan gelisah. Di rumah ada istri yang tak diinginkan, di vila ada tunangannya yang belum halal. Dia tidak ingin terperosok ke dalam jurang kehinaan. Akibatnya, seringnya langsung balik ke Semarang begitu urusan selesai daripada menginap.
Di saat harus menginap di Purwokerto, Toni dugem bersama sahabatnya, atau menghabiskan waktu sendirian di kafe. Semua kafe pernah dia datangi, sekedar mengelak dari bertemu dengan istri. Kinerjanya mulai menurun membuat papanya marah.
Erlika gusar dengan ulah Toni. Dia mencari info di mana Toni menghabiskan malamnya. Dia sangat marah mendapati Toni memilih pulang ke rumahnya daripada ke vila seperti sebelumnya. Erlika mulai merasa Toni sengaja menghindarinya. Dia mulai kasak kusuk dengan petugas kafe yang ada di kotanya. Uang berbicara.
Kepada orang-orang kafe yang dia suap, dia hanya minta dikabari saat Toni, Dirut ANCALA GROUP, orang beken di kota kripik itu datang. Bagi Erlika uang tidak menjadi masalah. Sudah sejak dia bertunangan dulu, Toni memberinya ATM dengan pin tanggal pertemuan pertama mereka.
Erlika mendapat berita jika Dirut menghadiri rapat dengan dewan komisaris dan pemegang saham. Dia akan tinggal beberapa hari. Erlika segera mengingatkan kepada orang-orangnya di kafe. Sekitar pukul 20.00 salah seorang dari mereka memberi kabar jika Dirut Ancala baru saja datang. Toni datang sendirian. Erlika tersenyum lebar. Dia teringat teman SD-nya.
“Benar sekali, langit merestuiku,” gumamnya dengan mata berbinar. Secepat kilat, Erlika datang ke kafe yang paling bergengsi di kotanya.