***
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di sebuah kafe kecil yang terletak di tengah persawahan, kafe yang sedang viral saat ini, Toni duduk sendirian dengan secangkir kopi panas di depannya. Pengunjung yang cukup banyak, musik life yang memanaskan udara dingin, menjadikan suasana kafe menjadi hangat.
Keberadaan Toni di kafe membuat suasana hatinya menjadi sedikit lebih hidup meski sedang dirundung duka. Perpisahan dengan kekasihnya, Erlika, beberapa minggu lalu masih menyisakan rasa pahit yang sulit untuk dilupakan. Apa lagi Ratih, istrinya, masih belum bersedia bertemu dengannya. Malam itu, Toni ingin melupakan semua masalahnya, setidaknya untuk sementara.
Angannya kembali ke peristiwa beberapa minggu yang lalu. Dengan bukti hasil rekaman CCTV yang memalukan, dilanjutkan tindakan brutal sangat mengerikan, telah membulatkan tekad Toni memutuskan untuk membatalkan pertunangan, sekaligus memutus hubungan dengan Erlika. Dia kini menyadari telah salah menaruh hati.
Malam itu, Toni pergi mencari Erlika, ke tempat-tempat yang biasa mereka kunjungi berdua. Ia menemukannya di sebuah resto tempat mereka bertunangan dulu. Melihat kehadirannya, wajah Erlika langsung pucat dan matanya penuh dengan ketakutan.
Erlika sudah diberitahu oleh Pramusaji suruhannya jika perbuatan mereka terekam kamera CCTV. Pramusaji tersebut mengancam jika sampai dia dipecat dari pekerjaannya, dia akan melaporkan kepada bosnya dan membongkar kejahatan Erlika kepada CEO Group ANCALA hotel tempat Erlika bekerja.
“Mas Toni, aku …” Erlika mencoba menjelaskan, tetapi Toni sudah tidak bisa menahan amarahnya.
“Kau telah menghancurkan hidupku, Lika! Kenapa kau melakukannya?” Suara Toni bergetar, mengandung rasa sakit dan kemarahan yang mendalam.
Erlika terdiam, air mata mulai mengalir di pipinya. “Aku tidak bermaksud melakukan itu, Mas. Aku hanya … aku merasa kau menjauh dariku. Aku hanya ingin memilikimu dan kau tetap di sisiku. Aku tidak ingin kehilanganmu, Mas.”
“Kau masih juga tidak memercayaiku? Ingat Lika, ini kesalahan yang ketiga kalinya. Kesalahan yang paling fatal!” kata Toni dengan tegas.
“Aku sangat mencintaimu, Mas,” rintih Erlika memelas.
Toni merasa hatinya hancur. Semua kenangan indah bersama Erlika kini ternodai oleh tindakan egois tunangannya yang telah menghancurkan hidup Ratih, istrinya. “Ini bukan cinta, Lika. Ini adalah ambisi untuk memiliki. Aku tidak bisa lagi bersamamu.”
Erlika meraih tangan Toni, “Mas, aku mohon … beri aku satu kesempatan lagi. Aku akan memperbaikinya.”
Namun, Toni menarik tangannya. “Tidak, Lika. Ini sudah berakhir. Kau harus bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan. Semua ini adalah akibat dari perbuatanmu.”
Dengan langkah berat, Toni meninggalkan Erlika di tempat itu. Ia tahu bahwa ia harus melanjutkan hidup meski semua yang terjadi terasa seperti mimpi buruk. Dia telah salah melabuhkan cintanya. Dengan tekad baru, ia berusaha untuk memperbaiki hidupnya dan memupuk rasa kasih sayang terhadap istrinya yang mulai bersemi.
Sementara itu, Arum dan Ninit bahu membahu memulihkan putri kesayangan mereka. Melihat kegigihan Ninit yang tampak makin sehat, meluruhkan kemarahan Rangga. Hubungan kedua keluarga semakin mengalir.
Perlahan-lahan kesehatan Ratih pulih. Dia mulai menyadari tugasnya sebagai seorang istri. Ustazah menyarankan Ratih kembali ke rumah suaminya, tempat terbaik yang diridhai Allah. Secara fisik dia sudah dinyatakan sehat. Psikolog juga merekomendasi kesehatan mental Ratih sudah stabil. Ayah dan bundanya menyetujui setelah kedua mertuanya menjamin keamanan lahir dan batin menantunya.
Ratih pulang ke rumah suaminya. Dia mulai pasrah kepada nasibnya yang kelak, sesuai perjanjian, akan menjadi janda. Dia yakin masih punya masa depan. Ayahnya berjanji jika memang putrinya menghendaki perceraian, Rangga akan mendukungnya. Dia juga akan membiayai pendidikan putrinya di mana pun Ratih inginkan.
Barman dan Ninit berjanji akan menjaga dan membahagiakan menantunya dengan sebaik-baiknya. Keduanya kemudian, merancang jalan-jalan seperti yang diimpikan Ninit selama ini, tour ke Turki. Mereka akan bepergian bersama, satu keluarga. Mereka berempat akan jalan-jalan sekalian healing dan merekatkan kedua hati pasangan muda itu. Barman dan Toni mengambil cuti panjang.
Keduanya, Papah dan Mamah, akan memamerkan kemesraan mereka di hadapan Ratih. Toni sudah didoktrin untuk menunjukkan kasihnya kepada istrinya. Toni diminta untuk belajar mencintai istrinya dan berusaha menjadikan Ratih sebagai pendamping hidupnya.
“Pelan-pelan Ton, ingat pepatah jawa, alon-alon asal kelakon. Witing trisno jalaran soko kulino. Apalagi kalian sudah saling kenal. Asal kamu selalu disamping istrimu, cinta akan tumbuh sendiri!” pinta Ninit. Tanpa komentar Toni mengangguk menyanggupi.
Aku akan berusaha! janjìnya dalam hati.