Kemarahan dan kegundahan Toni di kantornya sejak mengetahui postingan wanita pujaannya, tempat dia melabuhkan hati, benar-benar telah menguras energinya. Konsentrasinya terpecah antara kantor, rumah dan menyelamatkan nama baik. Ditatapnya HP yang tergeletak di meja, berpindah ke tumpukan berkas tepat di depan hidungnya. Diempaskan punggungnya ke sandaran kursi sambjl memijat keningnya.
Sementara Erlika sedang disibukkan oleh tugas-tugas kantornya. Dia memang sengaja mematikan HP, agar tidak terganggu notifikasi sosmed yang akhir-akhir ini menyebalkan. Erlika sedang mengecek setumpuk berkas laporan, hingga waktu istirahat tiba. Begitu menyalakan HP, sambungan telepon Toni tersambung.
“Lika!” sembur Toni murka, “sudah kubilang jangan beritahu orang-orang kalau kita akan menikah, bukan? Apa maksudmu ngeposting pernikahanku?” sambungnya dengan nada tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Erlika terkejut mendengar bentakan Toni yang sangat emosi, langsung terdiam. Dia sendiri terkejut dan tidak menyangka ada yang membongkar rencana pernikahannya. Akun @diarindah milik Ririn, putri pak RT. Sekarang dia bingung mau berbuat apa. Erlika benar-benar risau memikirkan kemungkinan Toni akan memutus hubungan.
“Lika, kau menyebar rumor kalau aku berselingkuh! Kau tau, apa akibatnya? Mamah bisa masuk rumah sakit lagi! Kalau sampai ada apa-apa dengan Mamah, kutuntut kau!” kata Toni tegas, lalu memutus sambungan sepihak.
Tanpa menunda dia melempar ponsel ke meja dengan kasar. Dada Toni sesak seperti berisi gumpalan batu. Napasnya kembang kempis oleh amarah. Dia menggebrak meja dengan kesal. Kepalanya serasa mau meledak. Toni meraih gelas, menenggak isinya hingga tandas.
Erlika benar-benar terpukul, dia sama sekali tidak menduga akibat perbuatannya. Dia menyesali kebodohannya yang bisa berakibat fatal. Dia melakukan hanya karena Toni menunda-nunda pembicaraan tentang rencana pernikahan mereka. Akan tetapi, hasilnya malah ada kemungkinan batal sama sekali. Netranya menatap HP dengan sendu, penyesalan menghiasi wajahnya.
“Aku betul-betul ceroboh! Apa yang harus kulakukan? Niatku cuma mau mengingatkan mas Toni pada janjinya, malah jadi begini,” gumam Lika lirih. Tangannya seketika gemetar, hatinya kecut mendengar ancaman Toni. Dia sangat dan amat sangat menyesali perbuatannya.
“Seharusnya aku mencegah Mboke crita ke orang-orang! Ririn pasti denger dari ibunya. Kalau sudah begini, aku harus bagaimana?” sesalnya.
“Beneran Ka?” tanya Ridwan mengagetkan. “Kamu mau kawin sama pak Dirut? Dia kan sudah menikah. Kamu tuh julid, ya!” katanya sinis, “berarti waktu nemenin bu Linda, Sekretaris Dirut, itu cuma modus, ya? Kamu tuh lagi njerat pak Dirut yang ternyata sudah punya calon istri?” lanjutnya. Tatapan sinisnya menghujam kalbu Erlika.
“Tak jawab juga percumah. Kalian nggak akan percaya!” jawabnya.
“Nggak usah njelasin, kami nggak butuh penjelasan. Yang pasti, nama pak Dirut sudah tercoreng. Dan sekarang, dengar-dengar ibu Komisaris masuk rumah sakit gara-gara postingan kamu itu!”
Erlika bungkam, wajahnya memucat, tatapannya nanar. Bukan hanya kemungkinan diputus oleh Toni, tapi juga mungkin akan kehilangan pekerjaan. Diam-diam dia membuka akun sosmednya. Matanya langsung melebar, mendapati followernya turun drastis. Hanya tersisa keluarganya saja. Bahkan akun si julid yang membongkar rencana pernikahannya juga kabur.
Dengan sigap Toni memadamkan huru hara sosmed yang mencoreng dan menghancurkan nama baiknya. Dia segera menyuruh orang kepercayaannya, seorang ahli IT untuk menyelesaikan kasus postingan di akun Erlika. Mereka meredam semua rumor. Memblokir akun Erlika sebagai pengguna yang mencoreng nama baik dan merupakan akun yang membahayakan.
Atas saran penasehat IT, Toni diminta untuk bekerja sama dengan istrinya membuat konten mesra untuk diunggah di akun pribadinya. Toni diminta untuk memanfaat medsos miliknya untuk meningkatkan citra pribadinya. Dia mempekerjakan seorang ahli untuk mengurus segalanya.
Di sela-sela kesibukannya, Ratih mendapat kabar keadaan Toni yang mendapat hujatan netizen. Baginya itu bukan urusannya. Namun mendengar tentang rencana pernikahan dengan tunangannya, Ratih merasa geram.
“Perjanjian nomer 4 akan segera dilanggar,” gumamnya lirih. Belum lagi niat mengingatkan suaminya terlaksana, tiba-tiba Toni menghubunginya.
Toni menceritakan semuanya, dan dia membutuhkan foto-foto momen kebahagiaan sebagai pengantin baru. Toni juga meminta kerja sama Ratih untuk bisa menutup rapat keadaan mereka.
“Tolong aku, Ratih. Please untuk kebaikan kita dan kesehatan Mamah,” pintanya memelas.
“Tapi aku sibuk banget, Mas. Ntar ya, aku carikan waktu. Oh iya, cuma mau ngingetin aja, ‘Perjanjian nomor 4’!” katanya tegas lalu memutus hubungan.
Toni tertegun, dia ingat sesuatu. Kemudian, dengan tergesa membuka laci meja. Dia buka semua map, tapi tidak menemukan yang dicarinya. Kemana kutaruh kertas itu? keluhnya dalam hati. Dibukanya semua laci meja, namun yang dicari tidak ditemukan. Kedua siku bertumpu meja, sambil menjambak rambut dengan kesal. Wajahnya tampak marah dan bingung.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya