Redaksiku.com, JAKARTA – Meskipun terjadi serangan mematikan di kamp pengungsi Rafah akhir pekan lalu yang menewaskan 45 orang, Presiden Amerika Serikat Joe Biden tetap berpegang pada kebijakan pro-Israelnya.
Washington, melalui pernyataan Dewan Keamanan Nasional oleh juru bicara John Kirby, tidak menganggap tindakan Israel di Rafah sebagai operasi militer skala penuh yang melanggar “garis merah” Biden.
Kirby menyatakan dalam konferensi pers di Gedung Putih pada Rabu (29/5/2024), “Tidak ada perubahan kebijakan yang akan dibahas sebagai hasil dari serangan hari Minggu ini. Israel akan menyelidiki kejadian tersebut.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketika ditanya tentang dampak kematian massal yang mungkin mengubah pandangan Biden tentang konflik tersebut, Kirby menegaskan, “Kita tidak bisa mengabaikan masalah ini.”
Biden sebelumnya menegaskan bahwa dia tidak akan mendukung serangan militer besar-besaran Israel di Rafah, wilayah yang dihuni oleh satu juta warga sipil.
Sebelumnya, Biden juga menghentikan pengiriman bom berat ke Israel karena kekhawatiran bahwa senjata tersebut dapat digunakan untuk menyerang kota Gaza selatan, seperti dilaporkan oleh CNBC Indonesia.
Berbagai laporan menyebutkan bahwa tank-tank Israel ditempatkan di pusat Rafah pada Selasa, setelah pertempuran sengit antara pasukan Israel dan militan Palestina dalam beberapa pekan terakhir.
Meski demikian, Kirby menekankan bahwa belum ada keputusan presiden tentang definisi serangan militer besar-besaran di Rafah. “Belum ada bukti bahwa mereka menghancurkan Rafah,” tambahnya.
“Tidak ada bukti bahwa mereka melakukan invasi dengan pasukan besar, menggunakan formasi terkoordinasi untuk menyerang berbagai target.”
Sebelumnya, Pentagon menyatakan bahwa mereka percaya serangan Israel di Rafah memiliki cakupan terbatas. Wakil Sekretaris Pers Pentagon, Sabrina Singh, mengatakan bahwa pemerintah AS akan menunggu hasil penyelidikan dari militer Israel sebelum memberikan komentar lebih lanjut.
“Kami menganggap serius apa yang terjadi pada akhir pekan ini. Kami telah melihat gambar-gambarnya. Sungguh mengerikan,” tambah Singh.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, menyatakan bahwa hasil penyelidikan awal oleh Israel menunjukkan bahwa serangan tersebut dilakukan dengan menggunakan “senjata terkecil yang tersedia di gudang senjata mereka.”
srael menyebut kejadian tersebut sebagai “kecelakaan tragis” dan mengklaim bahwa senjata yang mereka gunakan tidak mampu menyebabkan kebakaran mematikan tersebut. Mereka juga menambahkan bahwa target serangan tersebut adalah dua militan senior Hamas.
Pemerintah AS juga menegaskan bahwa mereka tidak mendukung seruan dari Partai Republik di Kongres untuk memberlakukan sanksi terhadap Pengadilan Pidana Internasional (ICC) setelah jaksa penuntut meminta surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
“Kami tidak yakin bahwa sanksi terhadap ICC akan efektif dalam hal ini,” kata Kirby, meskipun ia menambahkan bahwa Amerika Serikat masih tidak percaya bahwa pengadilan kejahatan perang memiliki yurisdiksi.
Di sisi lain, Pentagon mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan pengiriman bantuan ke Jalur Gaza melalui laut setelah dermaga sementara mengalami kerusakan akibat cuaca buruk. Keputusan ini diambil mengingat kondisi yang semakin kompleks di wilayah tersebut.