Ini dia sejarah G30S PKI yang harus kamu ketahui.
Setiap 30 September, bangsa Indonesia memperingati salah satu peristiwa paling kelam dalam sejarah, yaitu Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S PKI).
Peristiwa ini menewaskan enam jenderal TNI Angkatan Darat serta beberapa orang lainnya.
Lebih dari 59 tahun telah berlalu sejak pemberontakan ini terjadi, tetapi dampaknya tetap meninggalkan luka mendalam di hati bangsa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu simbol peringatan peristiwa ini adalah Monumen Pancasila Sakti yang didirikan untuk mengenang para korban.
Artikel ini akan membahas sejarah, tujuan pemberontakan G30S PKI, serta para pahlawan yang gugur dalam peristiwa tragis ini.
Sejarah Singkat G30S PKI
G30S PKI terjadi pada masa kepemimpinan Presiden Sukarno yang menerapkan sistem Demokrasi Terpimpin.
Saat itu, Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah salah satu partai politik terbesar di Indonesia, bahkan dianggap sebagai partai komunis terbesar di luar Uni Soviet dan Tiongkok.
PKI memiliki pengaruh besar, tidak hanya di kalangan masyarakat, tetapi juga di berbagai organisasi buruh dan petani.
Diperkirakan, anggota dan pendukung PKI mencapai lebih dari 20 juta orang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Pada Juli 1959, Sukarno membubarkan parlemen dan memberlakukan dekret presiden yang memperkuat posisinya dengan dukungan PKI.
Sukarno juga mengangkat beberapa jenderal militer ke posisi penting dalam pemerintahan untuk memperkuat kekuasaannya.
PKI mendukung penuh Demokrasi Terpimpin dan membentuk aliansi yang dikenal dengan NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis).
Aliansi ini bertujuan untuk menyatukan elemen-elemen berbeda dalam masyarakat Indonesia di bawah satu pemerintahan.
Namun, seiring berjalannya waktu, kerja sama antara PKI dan kekuatan militer mulai retak. PKI, meskipun kuat, tidak mampu mengatasi krisis politik dan ekonomi yang semakin memburuk.
Berbagai masalah seperti inflasi, korupsi, dan ketegangan sosial semakin memanas.
PKI mulai mengkampanyekan pembentukan “Angkatan Kelima” yang terdiri dari buruh dan petani bersenjata, namun rencana ini ditentang keras oleh militer.
Menjelang tahun 1965, situasi politik semakin tidak stabil.
Konflik antara PKI dan militer memuncak pada malam 30 September 1965, ketika sekelompok pasukan yang mengklaim diri sebagai “Gerakan 30 September” menculik dan membunuh enam jenderal TNI Angkatan Darat.
Para korban dibawa ke sebuah sumur tua di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur, dan jasad mereka ditemukan beberapa hari kemudian.
Tujuan Pemberontakan G30S PKI
Tujuan utama dari G30S PKI adalah menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno dan menggantinya dengan pemerintahan yang berideologi komunis.
Beberapa tujuan lain yang dicatat dalam berbagai sumber sejarah termasuk:
Mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis
PKI ingin mengubah sistem pemerintahan Indonesia yang berdasarkan Pancasila menjadi sistem komunis yang mereka anggap lebih cocok untuk Indonesia.
Menghancurkan NKRI dan menggantinya dengan negara komunis
PKI berusaha menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menggantinya dengan negara komunis di bawah kendali mereka.
Menyingkirkan TNI AD dari pemerintahan
Sebagai salah satu institusi yang menentang keras pengaruh PKI, TNI Angkatan Darat menjadi target utama PKI dalam rencana kudeta ini.
Mengambil alih pemerintahan secara penuh
Dengan menyingkirkan militer, PKI berharap bisa mengendalikan seluruh aspek pemerintahan dan mewujudkan cita-cita mereka untuk Indonesia.
Mewujudkan revolusi komunis internasional
Kudeta G30S PKI tidak terlepas dari pengaruh gerakan komunisme internasional yang sedang berkembang di banyak negara lain.
Pahlawan yang Gugur dalam Tragedi G30S PKI
Peristiwa G30S PKI menelan banyak korban, terutama dari kalangan petinggi TNI Angkatan Darat.
Enam jenderal yang menjadi korban tragedi ini kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi. Berikut adalah nama-nama pahlawan tersebut:
- Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani
- Mayor Jenderal Raden Soeprapto
- Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono
- Mayor Jenderal Siswondo Parman
- Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan
- Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
Selain keenam jenderal tersebut, ada juga beberapa korban lain yang tewas dalam tragedi ini.
Salah satu korban adalah Lettu Pierre Andreas Tendean, ajudan Jenderal AH Nasution, yang diculik dan dibunuh di Lubang Buaya.
Sementara itu, putri Jenderal AH Nasution, Ade Irma Nasution, juga menjadi korban setelah tertembak saat percobaan penculikan terhadap ayahnya.
Di Yogyakarta, dua perwira tinggi lainnya, Kolonel Katamso Darmokusumo dan Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto, juga dibunuh oleh kelompok yang berafiliasi dengan G30S PKI.
Tragedi G30S PKI adalah peristiwa besar yang membawa dampak signifikan bagi sejarah Indonesia.
Meskipun terjadi lebih dari lima dekade lalu, peristiwa ini masih meninggalkan luka mendalam bagi bangsa Indonesia.
Setiap tahun, peringatan G30S PKI mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keutuhan negara dan menghargai para pahlawan yang telah berjuang demi mempertahankan NKRI.
Halaman : 1 2 Selanjutnya